Header Ads Widget

Responsive Advertisement

 Tidak Boleh Menanggalkan ke-Maduraannya


Sampang||wartapers.com - Kini perbhesan (Bahasa Madura Halus) sudah jarang digunakan oleh mayoritas orang Madura. Baik dari Bangkalan hingga Sumenep. Hal itu menjadikan keadaan carut marut satu sama lain. Bagaimana tidak, sebab ada yang tidak menghargai orang tua, ada yang tidak mengasihi kepada yang lebih muda. Apalagi bahasa Madura halus, yang keberadaannya kian lama semakin terkikis. 


Namun, dalam carut marut yang sedang berlangsung, masih ada sekelompok orang yang sedang berusaha keras mengembalikan bahasa Madura halus kepada pemiliknya, yakni masyarakat Madura. Adapun sekelompok orang itu, menamakan kumpulannya dengan sebutan KASOKAN. 


"Kami semua berharap gerakan ini bisa menjadi kesadaran bersama. Bahwasannya, budaya bahasa madura yang baik atau halus, adalah bagian dari madura yg sebenarnya. Karena itu, dimana pun orang Madura berpijak tidak boleh menanggalkan ke Maduraannya," dauh Kabule Polos. 


Di samping itu, Imron Rosadi salah satu personil Kasokan mengatakan, bahwa sebenarnya mereka yang ber lingkup di Kasokan tidak ingin mengatasnamakan komunitas. Melainkan suatu gerakan yang bisa dikenal lebih mesra, dengan panggilan Kasokan. 


"Bisa dibilang kami itu bergerak di bidang musik, budaya, dan bahasa halus madura. Kalau Kasokan terbentuk pada tahun 2021 lalu," dauhnya. 


Dijelaskannya, Aktivitas berfikir dan merencanakan apa yang akan Kasokan lakukan, ucap kali dilakukan di warung kopi. Selain itu dilakukan secara berpindah-pindah dari gubuk ke gubuk para pegiat. 


"Kami tidak ingin mengatasnamakan gerakan ini berasal dari Bangkalan, melainkan Madura," ungkapnya. 


Sedangkan dasar terbentuknya gerakan Kasokan sendiri, Berangkat dari keperihatinan  kepada masyarakat madura. Artinya, pihak Kasokan memandang begitu miris saat menemukan orang madura yang tidak faham bahasa Madura Halus. Terutama kaula muda yang mayoritas belum mengenali bahasa Madura halus. Bahkan lebih miris lagi, saat ada pemuda Madura lebih fasih menggunakan bahasa daerah lainnya, daripada bahasa dari daerahnya sendiri.


Maka dari itu, ia lanjut menerangkan, Kasokan mengedukasi dan mengembalikan bahasa madura halus, kepada masyarakat Madura itu sendiri. Sementara medianya, menggunakan media tulisan di pakaian. Selain itu, lagu-lagu dengan bahasa madura halus, juga acap kali digencarkan. Yakni, sering menampilkan karya berupa lagu di caffee atau warung-warung


"Dalam lagu-lagu kami pun, juga mengangkat beberapa tulisan sepuh tokoh-tokoh di bangkalan. Lalu lagu-lagu rakyat juga gencar kami lakukan," sambung pria yang akrab dengan panggilan Mas Didit itu. 


Dituturkannya, kata Kasokan sendiri memiliki arti berkenan atau mengiyakan suatu tawaran. Selain itu, kata kasokan bisa juga diartikan sebuah ekspresi tersenyum atau tertawa.


"Besar harapan kami selaku masyarakat madura, agar kesokan (berkenan) membangkitkan kembali, kecintaan masyarakat terhadap bahasa dan budaya madura dimana pun kita berada," lanjutnya. 


Sebab, Imron Rosyadi menambahkan, merawat budaya merupakan tugas para generasi muda yang harus dilakukan secara bersama. Hal itu, sebagai bentuk kecintaan terhadap apa yang sudah dibangun oleh para sesepuh yang sudah mendahului kita. 


"gerakan kasokan bisa menjadi kesadaran bersama. Yakni, budaya bahasa madura halus merupakan bagian dari madura yang sebenarnya. Karena dimana pun orang Madura berpijak tidak boleh menanggalkan ke-Maduraannya," pungkasnya.


Sofie

Post a Comment